Disiapkan Matang, Aksi Pamer Kaus "2019 Ganti Presiden" Saat Debat Pilgub Jabar

Posting by Pramesti Putri Thamia Rabu, 16 Mei 2018 08:56:54 WIB 1080 kali

Oleh: Ira Vera Tika
15 Mei, 2018 - 11:42
JAWA BARAT
Asyik/IRA VERA TIKA/PR

BANDUNG, (PR).- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) dinilai telah menyiapkan diri dengan matang saat mengeluarkan pernyataan penutup dan pamer kaus 2019 Ganti Presiden dalam debat kedua Pilgub Jabar.

Debat tersbut berlasngsung Senin 14 mei 2018  di Balairung Universitas Indonesia, Depok. Pernyataannya itu merupakan bagian dari strategi politik guna menjaring suara pemilih di luar Jokowi.

Pengamat Politik dari Parameter Konsultindo, Agus Ariwibowo menyatakan, strategi politik dengan membawa kaus 2019 Ganti Presiden sudah sangat dipersiapkan. Soft pitching yang dikeluarkan pasangan nomor urut 3 itu jadi strategi untuk mendapatkan suara pemilih usai membentuk opini atau persepsi publik atas pesan #2019GantiPresiden.

"Sangat dipersiapkan, kenapa? Bisa kita lihat bagaimana ekspresi dari Pak Ahmad Syaikhu begitu tenang dan dia (Syaikhu) menunggu reaksi dari khalayak yang ada di gedung itu. Artinya itu memang sudah dipersiapkan. Bukan tiba-tiba, tapi dipersiapkan. Dia 'menyiapkan' kaus itu, bukan pekerjaan yang sejam selesai," tuturnya, saat kepada Pikiran Rakyat, Selasa 15 Mei 2018.

Menurutnya, Asyik sudah tahu konsekuensi atas tindakannya tersebut yaitu munculnya reaksi dari khalayak atas soft pitching yang dikeluarkan.

"Saya lihat memang menunggu. Menunggu reaksi dari khalayak. Ternyata betul, ada yang terpancing kan dan akhirnya saling sahut menyahut dan menjadi satu bentuk soft pitching, karena mengganggu jalannya debat," katanya.

Boleh dikatakan, kata dia, pasangan Asyik menggunakan satu strategi untuk konsolidasi suara pemilih Jabar agar mau memilih Asyik.

Untuk itu, diperlukan satu teknik konsolidasi menarik yaitu dengan mengeluarkan istilah 2019 Ganti Presiden.

"Saya melihatnya sebagai bagian dari strategi untuk menarik suara pemilih yang tidak akan memilih Jokowi pada 2019, akan memilih Asyik. Jadi, ada saja mungkin pemilih dari, katakanlah 2DM, tidak akan memilih Jokowi. Bisa saja dia akan memilih Asyik tahun ini," ucapnya.

Pilkada Jabar tak dimungkiri jadi penyumbang suara terbesar di Pilpres 2019 nanti. Kepentingan elite politik sebenarnya tersirat di dalamnya karena jika bisa memenangi suara di Jabar, artinya mempunyai modal awal yang cukup baik di 2019 nanti.

"Ini dimanfaatkan oleh tim Asyik untuk melakukan konsolidasi. Ujung-ujungngnya agar terjadi persepsi publik pemilih Jabar sehingga mau memilih Asyik ketimbang memilih pasangan lain," katanya.

Meski memang, secara etis, politik pesan yang disampaikan Asyik di akhir debat dinilai kurang tepat. Namun, jika itu bagian dari strategi politik, sah-sah saja terlepas tindakan tersebut benar atau salah.

"Tahapan pilpres itu belum dimulai untuk tahapan-tahapan kampanyenya. Memang ini kurang pas. Apalagi dalam satu bentuk panggung debat Pilgub Jabar. Saya pikir kurang pas. Wajar jika ada pihak yang bereaksi karena bukan konteksnya pilpres dan sedang dalam panggung," tuturnya.***